Lahir di tengah situasi zaman yang telah melupakan nilai-nilai spiritual, DEBU berusaha mengisi kekurangan itu. Beda dengan kelompok lain, DEBU memiliki ciri khas yang mandiri. Lirik-liriknya sufistik, mistis, lahir dari kalbu yang mabuk cinta dan kerinduan pada Sang Khalik. Boleh dibilang lagu-lagu DEBU adalah syair asmara, kemesraan mendalam pada cinta Sang Pencipta.



Di tengah kegelisahan zaman, DEBU berharap musik yang mereka mainkan dapat menjadi setetes embun penyegar bagi semua golongan tanpa membedakan ras atau kelas. DEBU bukan kelompok eksklusif: ia hadir dalam keramahan semangat Islam. Musiknya memberi inspirasi yang lebih jauh daripada sekedar kenikmatan mendengar karena ia adalah zikir: berzikir bersama DEBU bisa dilakukan di mana pun, di mobil, di kantor, bahkan di dapur ketika memasak.

Dibimbing oleh Syekh Fattaah, seorang berasal dari Amerika Serikat, DEBU hijrah ke Indonesia sejak tahun 1999. Ini adalah perjalanan pencarian spiritual berdasar ilham yang diterima Sheyh Fattaah?suatu perjalanan dalam petunjuk Allah, Yang Maha Karim.
Koq DEBU ?
Pertanyaan ini banyak dilontarkan pada kami. Mereka bilang, grup musik sebesar ini, koq namanya "DEBU"? Bagi kami, itu tidak aneh. Secara maknawi, nama itu sudah menjadi identitas kelompok kami sejak di New Mexico sana. Saat itu, Syekh Fattaah memberi nama kelompok ini, Dust on the Road, atau Debu di Jalanan. Personilnya, tentu saja tidak seperti sekarang. Saat itu, sebagian dari kami masih kanak-kanak. Jadi, bisa dibilang bahwa para pemain Dust on the Road atau Dust saat itu ya para orang tua kami, yakni generasi pertama kafilah ini. Bahkan, Syekh Fattaah sering kali menjadi vokalisnya.
Setelah di Indonesia, kami menyelaraskan nama kelompok ini sesuai dengan ejaan dan bahasa Indonesia, yakni DEBU. Nama yang indah. Sederhana dan mudah diingat. Formasinya pun berubah sama sekali. Ada regenerasi di sini. Antara lain, Syekh Fattaah yang merupakan guru rohani kami, tidak lagi memimpin vokal. Sebaliknya, ia lebih suka berkhalwat saja di ruangannya. Dengan sendirinya, dinamika DEBU sekarang berada di generasi kedua meski untuk instrumen tertentu masih dipegang oleh beberapa orang senior.
