.arabic { font-family: Traditional Arabic; font-size: 26px; direction:rtl; line-height: 200% ; font-weight: bold; }

tex

"Berjuang Menebarkan Kebaikan Guna Mencapai Ridho Allah"

Salam 2

Basmallah

Islami Clock

About Me

Foto saya
Hidup Adalah Perjuangan Mencari Jati Diri

Cahaya Illahi

Cahaya Ilahy PDF Print E-mail
Written by Abu Sangkan

C

Cahaya Ilahy

Islam adalah agama wahyu yang diturunkan Allah untuk umat manusia. Berbagai ayat atau tanda bertebaran bukan hanya pada teks-teks Alquran tapi juga pada seluruh ciptaanNya. Allah dalam memberikan ayat-ayat Nya selalu menyajikan dengan kemasan yang sangat indah, simbolik, namun sarat makna. Dan semua itu hanya bisa dimengerti oleh hamba-hambaNya yang dibersihkan hatinya.

Di antara perlambang yang seringkali digunakan Allah adalah CAHAYA. Dalam Surat An-Nur ayat 35, Allah berfirman:

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Biasanya simbol cahaya (nur) digunakan untuk merefleksikan makna hidayah atau petunjuk. Sebagaimana sinar matahari yang menerangi bumi sehingga manusia dapat melakukan banyak hal di muka bumi. Cahaya atau petunjuk dalam Islam disebut dengan HIDAYAH. Oleh Allah, setiap hamba sangat dianjurkan untuk selalu meminta hidayah kepadaNya, karena hanya Allah yang memiliki dan memberikan hidayah kepada kita. Dan cara terbaik memohon hidayah kepadaNya adalah melalui ibadah shalat.

Pada dasarnya shalat adalah satu upaya bagi hamba untuk selalu memperoleh petunjuk dan bimbingan dariNya. Karena tugas manusia sebagai khalifah adalah menjaga semesta ini, maka sesungguhnya setiap manusia selalu membutuhkan bimbingan tentang bagaimana mengolah semesta dan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya, agar memberikan kemaslahatan bagi semua pihak.

Hidayah Allah yang diberikan ketika shalat bermakna sangat luas. Hidayah atau cahaya Ilahy ini dapat berupa apa saja, menyesuaikan dengan peran kekhalifahan yang diemban setiap hamba. Terkadang, hidayah itu berupa inspirasi, gagasan, imajinasi, pemikiran-pemikiran atau kreativitas yang kemudian dapat memberikan kebahagiaan kepada sesama manusia. Akhirnya, bila setiap hamba mau merenungkan lebih jauh, apa pun profesi atau bidang yang digeluti, maka shalat dapat menjadi media efektif kita untuk mempertajam daya pikir, daya juang, daya kreatif, hingga emosi kita dalam menapaki roda kehidupan ini.

Allah adalah cahaya diatas cahaya, Dia- lah yang mengeluarkan manusia dari kegelapan (dhulumat) menuju terang (An Nur). Ada dua jalan terang (An Nur) yang diturunkan Allah kepada manusia, yaitu berupa kitab suci yang tertulis (Al Qur’an) dan berupa ilham yang diturunkan kedalam hati tidak berbentuk tulisan. Namun keduanya tidak bisa dipisahkan, karena masing-masing saling membenarkan petunjuk tersebut. Wahyu yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai landasan kebenaran yang akan dialami bagi orang-orang beriman berupa ilham yang diturunkan kedalam hatinya. Apabila hati orang-orang mukmin merasakan ketenangan ketika menyebut nama Allah, maka sesungguhnya pengalaman ini telah selaras dengan keterangan dalam Al qur’an. Berarti wahyu yang tertulis dengan petunjuk Allah yang dirasakan oleh orang-orang beriman adalah sama . Kebanyakan orang hanya mampu memahami Al qur’an sampai batasan ilmu pengetahuan. Sedangkan orang-orang beriman dalam memahami Al Qur’an, disamping memahami secara tertulis juga memahami berupa cahaya ilahi yang diturunkan kedalam hatinya.

Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang-orang yang membatu hatinya)? Maka celakalah yang membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka dalam kesesatan yang nyata. (QS. AZ Zumar [39]:22)

Kenyataan ini telah dirasakan oleh hampir semua orang-orang Islam, bahwa ilmu agama sudah dalam genggaman otaknya. Namun kemampuan untuk melaksanakan agama dan merasakan amatlah sulit. Seperti rasa iman dan taqwa, secara umum orang bisa memahami dengan pengetahuannya, namun hatinya belum tentu mampu merasakan iman yang apabila disebut nama Allah bergetar hatinya. Innamal mukminuna alladzina idza dzukira allahu wajilat quluubuhum.....(QS Al Anfaal [8]:2). Banyak orang shalat namun belum tentu merasakan kenikmatan shalat, banyak orang berdzikir belum tentu mereka merasakan ketenangan hatinya.

Dan Allah telah menegaskan bahwa semua petunjuk Allah dalam Al qur’an mengarahkan kita untuk memohon pertolongan kepada Allah dalam beribadah, karena tidak seorangpun yang mampu beribadah tanpa pertolongan Allah melalui cahaya-Nya (iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in) Baik membersihkan hati dari kekejian dan kemungkaran, kesabaran, dan ketaqwaan. Semuanya harus melalui tuntunan ilahy dengan cahaya yang menyinari. Sebab tanpa tuntunan-Nya mustahil kita mampu berbuat baik.

Wa nafsin wama sawwaha fa alhamaha fujuraha wataqwa. Demi jiwa dan penciptaannya,kepada jiwa itu diilhamkan jalan keburukan dan jalan ketaqwaan.(QS Asy Syams [91]:7-8).

....wash bir wa ma shabruka illa billa. Bersabarlah kamu, akan tetapi kamu tidak akan bisa sabar kecuali dengan pertolongan Allah ( QS An Nahl [16]:127).

Kalaulah tidak ada kekuatan dan rahmat Allah, tidak ada diantara kalian yang mampu bersih hati selamanya, kecuali Allah yang akan membersihkan hati siapa saja yang dikehendaki. ( QS. Annur [24]: 21)

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. (QS. Yusuf [12]:53)

Al Qur’an telah menyadarkan kita, bahwa tidak ada satupun orang mampu berbuat baik, kecuali melalui tuntunan hidayah-Nya. Inilah spiritualitas yang hadir sejak menusia diturunkan kemuka bumi. Spiritual adalah relasi sejarah yang pernah terjadi pada saat manusia mengambil saksi atas adanya Allah dan sanggup menerima tugas kekhalifahan dimuka bumi.

Alastu birabbikum ? Qaaluu balaa syahidna.... Bukankah Aku ini Tuhanmu, tentu ya Allah kami bersaksi atas keberadaan-Mu....(QS. Araaf [7]:172)

Kesadaran spiritual ini menunjukkan, bahwa didalam menjalankan kehidupan dimuka bumi, memerlukan petunjuk langsung dari Allah melalui shalat untuk mendapatkan informasi berupa intuisi atau melalui ayat-ayat Allah yang tertulis. Hal ini yang dilakukan oleh Nabi Muhamad pada saat mengalami problem, beliau melakukan shalat untuk mendapatkan petunjuk dan bimbingan dalam menyelesaikan masalahnya.

Fai dza hazabahu amrun faza’a ilash shalati .