.arabic { font-family: Traditional Arabic; font-size: 26px; direction:rtl; line-height: 200% ; font-weight: bold; }

tex

"Berjuang Menebarkan Kebaikan Guna Mencapai Ridho Allah"

Salam 2

Basmallah

Islami Clock

About Me

Foto saya
Hidup Adalah Perjuangan Mencari Jati Diri

Mi`raj

Mi'raj PDF Print E-mail
Written by Abu Sangkan
M
Mi'raj
Rasululah SAW menerima perintah Shalat melalui Mi'raj. Dan beliau bersabda "Shalat adalah Mi'raj-nya orang beriman". Lalu, apa hubungan Khusyu' dengan MI'RAJ? Khusyu' merupakan kondisi pikiran yang terkendali dan terpusat ke satu arah. Mi’raj berasal dari peristiwa Isra dan Mi’raj. Isra’ Mi’raj adalah dua buah etimologi yang bermakna “perjalanan malam yang menggunakan tangga”, maka dengan demikian secara terminilogi Isra Mi’raj adalah perjalana spirituil yang senantiasa linier secara bertahap semakin meningkat ke atas, dan jika diilustrasikan, ibarat peringkat yang kian meningkat levelnya hingga mencapai derajat pemahaman secara komprehensif atas objek selaku subjek;
Perjalanan spiritual yang paripurna oleh Muhammad Saw, merekomendasikan bentuk penyembahan manusia terhadap Tuhan Nya dalam koridor Syari’ah yang sangat universal bukan frigid serta kering dari nilai. Apa relasi MI’RAJ dengan shalat? Sholat adalah sebuah wujud nyata persembahan kemanusiaan yang hakiki, maka Sholat menjadi bentuk persembahyangan manusia terhadap Tuhan Nya yang senantiasa harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan keyakinan. Shalat didirikan bukan karena sesuatu apa atau siapa pun, tetapi hanya karena Allah.
Shalat menjadi hubungan (shilatun) antara hamba dan Tuhannya. Inilah mengapa dalam hadis disebutkan, “Shalat adalah mi’rajnya orang mu’min ".
Dalam istilah tasawuf, sholat yang berorientasi pada “pengakuan” Tuhan terhadap penyembahan Nya, sehingga konsekwensi bagi seorang sufi adalah sholat ku ini diterima atau tidak, jadi ketika kita berbicara syah kah sebuah penyembahan maka cukup ikuti perintah fiqih, akan tetapi bila kita bertanya diterimakah sholat kita ataukah bermanfaatkah sholat tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan diatas bahwa sholat yang didudukan sebagai Mi’raj, maka ada terjadinya prosesi linier terhadap konsepsi kita tentang Tuhan yang dalam hal ini sholat adalah media komunikasi Tuhan dengan Hamba nya sehingga kerinduan ibnul rabby bertemu dengan Tuhannya selalu menggunakan media sholat, begitu pula Juned al Baghdad, yang melakukan sholat 400 raka’at setiap harinya, adalah sebuah manifestasi sufi terhadap pengakuan kebesarab Allah SWT.

Upaya linier pengakuan terhadap Tuhan segalanya, derajat yang paling tinggi dalam pengakuan al Qur’an adalah Ketaqwaan kepada Allah oleh hambanya yang termanifestisasikan dalam pengambilan peran peran kemanusiaan sebagai hamba yang senantiasa mendedikasikan pengakuannya dalam sholat, implikasi dari hal tersebut adalah peningkatan derajat Iman yang berwujud taqwa terhadap Tuhan yang maha Esa. Maka konsepsi al qur’an tentang “amr Maruf Nahyi Munkar” akan terwujud dalam “the grand design” kemanusiaan.
Ketika seorang hamba mendedikasikan pengakuan ada zat tunggal yang menguasai alam seisinya ini, maka ketebalan iman tersebut akan menjadikan tonggak bagi prilaku kemanusiaan sejati, dia sadar sholat yang mendekatkan diri pada allah akan merefleksikan kembali bahwa nilai yang ada didalamnya bermuatan ‘mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sholat sebagai kekuatan spirituil, yaitu internalisasi seluruh nilai nilai serta makna sholat dalam kerangka kehidupan baik sebagai individu maupun komunitas masyarakat Negara, dengan demikian sholat akan bermakna sebagai penekanan serta penyadaran sang hamba yang manusiawi sebagai mahluk yang memegang mandataris sebagai pemimpin dimuka bumi, maka segala implikasi pikiran, amaliyahnya selalu bertumpu pada kerangka kepemimpinan kemanusiaan yang menebar kedamaian dalam kebersamaan.
Sebagai sebuah kekuatan spirituil sholat adalah tameng bagi kerusakan hati yang sudah senantiasa dekat dengan Tuhannya, sehingga jikalau saja setiap manusia Indonesia memaknai sholat serta mampu menjadikan sebagai kekuatan spirituilnya, maka “little bit garansi” bagi terciptanya kehidupan yang semerbak dengan aroma kekuatan spiritual sholat itu sendiri, yaitu, tanpa kekerasan, tanpa pengklaiman kebenaran, tanpa ada kerusakan serta sungguh indahnya agama ini.