.arabic { font-family: Traditional Arabic; font-size: 26px; direction:rtl; line-height: 200% ; font-weight: bold; }

tex

"Berjuang Menebarkan Kebaikan Guna Mencapai Ridho Allah"

Salam 2

Basmallah

Islami Clock

About Me

Foto saya
Hidup Adalah Perjuangan Mencari Jati Diri

Ya

Ya

PDF

Print

E-mail

Written by Abu Sangkan

Y

Ya

Ya; adalah salah satu huruf dari huruf-huruf An-Nidda, yang artinya huruf panggilan yang digunakan untuk memanggil. Pada mulanya annida' hanya ditujukan untuk memanggil seseorang saja, namun pada tahapan selanjutnya An- nida' ini ditujukan pula untuk menyeru pada jumlah yang banyak. Dalam kitab Alfiyah Ibnu Malik, An-nida' (seruan) menggunakan beberapa huruf huruf Nida', di antaranya:
Y
YA

a. Ỉ/hamzah/’hai',
b. يآ/ya/'hai' ,mari,
c. آي/ay/'hai,mari,
d. ي/ya/و/wa/ ي׀/ayya/آي اح/hayya/. Semua ini digunakan untuk menyeru orang yang dekat.
e. أ/hamzah, digunakan untuk menyeru orang yang dekat
f. يأ/Ay/menyeru kepada yang dekat dihati dan selalu hadir dalam benaknya.
g. adakalanya diperuntukkan يأ/ /Ay/ dan أ/hamzah/untuk memanggil orang yang tinggi martabatnya, dengan penuh kesopanan.
h. اي/ay/digunakan untuk yang dekat meskipun tidak nampak, atau pada tempat yang jauh. Contoh: بر اي/Ya rabbi/'Ya Tuhanku.
Dalam peribadatan Islam, Allah selalu memanggil (mengundang) dengan panggilan yang sangat mesra. Dalam ilmu balaghoh, panggilan yang ditujukan dengan tujuan agar ditanggapi dengan maksimal, biasanya digunakan harf nida yang jamak. Lihat saja ayat-ayat perintah takwa, puasa, zakat, juga termasuk shalat.
Dia antara panggilan yang mesra dalam kehidupan badah kita adalah panggilan adzan. Adzan yang sistematika kalimat secara utuh dimulai dari takbir (Allahu Akbar), syahadat tauhid (Asyhadu anal ilaha illallah), syahadat Rasul (Asyhadu anna muhammadar rasulullah), dilanjutkan panggilan mesra untuk shalat (Hayya ala shalah) kemudian diiringi panggilan untuk mencapai kebahagiaan atau kemenangan (hayya alal falah); lalu ditutup dengan takbir kembali.


Menarik untuk disimak bahwa ketika adzan kita disunahkan untuk menjawab panggilan adzan dengan cara mengulangi kembali setiap kalimat yang diserukan muadzin (orang yang adzan); tapi khusus untuk kalimat Hayya ‘alas shalah dan hayya ‘alal falah kita menjawabnya dengan Laa haula wala quwwata illa billah (tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik Allah). Secara simbolik ungkapan ini menyiratkan bahwa ketika kita diseru untuk shalat maka sebenarnya kita tidak mampu mengerjakannya kecuali mendapat kekuatan dari Allah. Begitu pula dengan ajakan untuk mencapai kebahagiaan. Ungkapan ini sekaligus menyiratkan bahwa dalam shalat atau usaha kita semata-mata karena perkenan Allah. Maka tidak ada tempat bagi kita untuk sombong atau berbangga hati bahwa kita sendiri yang dapat melakukan shalat. Inilah mengapa kita tidak diperbolehkan untuk ‘ujub (berbangga diri akan amal ibadah kita).


Panggilan adzan ini menyiratkan makna yang sangat agung, sehingga terkesan ekstrim. Bahwa shalat lebih baik daripada tidur. Bagi orang yang tidak mengerti arti spiritual, mereka akan mengatakan tidak mungkin shalat menyebabkan kebahagiaan dan lebih baik daripada tidur. Ungkapan mengajak untuk memasuki dimensi kebahagiaan (hayya ‘alal falah) terkadang kita mempertanyakan,dimanakah letak kebahagiaan yang hakiki tersebut ? Dua perbandingan antara tidur dan shalat, sebenarnya sangat jelas gejala yang ditimbulkan oleh masing-masing wilayah. Yaitu wilyah fisik pada orang tidur, mengistirahatkan pikiran,fisik (tubuh) dari aktivitas sehari-hari sehingga orang menjadi relaks dan kembali segar. Namun apabila pikiran dan jiwa sedang gelisah, tidak mampu tidur dengan baik (imsomnia). Sebaliknya shalat, sesungguhnya melibatkan seluruh dimensi pada manusia, yaitu dimensi fisik atau tubuh dalam rakaat shalat terjadi peregangan dan penenangan otot dan tulang maupun syaraf pada otak. Dengan proses yang sangat sederhana namun mampu menenangkan, yaitu dengan terapi air (hydro therapi), Aroma therapi, fisio therapi. Kemudian dilanjutkan menenangkan hati dengan berdzikir kepada Allah. Konsep shalat ini terjadi secara holistik, menenangkan fisik dan bathin. Jika hal ini dilakukan dengan benar, maka panggilan adzan akan sangat menggairahkan bagi orang yang mengerti akan kebutuhan fitrahnya sebagai manusia.